THURSDAY, 31 JANUARY 201"Allah" atau "Alloh" ?
Mana ya penulisan yang benar dari kata اَللّهُ ? Allah atau Alloh ?
????? penuh dengan tanda tanya - bingung..itu perasaan pertama yang ku rasakan saat membaca di salah satu tulisan teman yang menuliskan ejaan اَللّهُ dengan Alloh. Membuat ku teringat dengan tafsir dan buku-buku yang pernah ku baca dari aku kecil sampai saat ini. Belum pernah sekalipun aku menemukan penulisan اَللّهُ dengan vokal "o" (Alloh), semuanya dituliskan dengan vokal "a" (Allah). Seingatku lagi, pendapat seorang teman, dalam Musabaqah Tilawatil Qur'an (perlombaan membaca Al-Qur'an dengan irama) di tingkat internasional sekalipun tidak ada yang akan berani melafalkan اَللّهُ dengan vokal "o" kental (Alloh), karena sudah jadi jaminan peserta yang mengikuti lomba tidak akan keluar menjadi juara.
Menurutku pribadi lafal اَللّهُ yang memiliki tasydid (harakat yang berbentuk huruf w) pada huruf "lam" merupakan awal mula kesalahpahaman para penulis dalam mengeja dan menulis اَللّهُ. Dalam ilmu tajwid (tata cara membaca Al-Qur'an), pembacaan huruf yang memiliki tasydid harus dibaca dengan sedikit tekanan, sehingga bacaan huruf "lam" pada اَللّهُ terdengar lebih tebal dan seakan akan membunyikan vokal "a" yang cenderung mengarah ke vokal "o". Hanya berbekal pendengaran pribadi para penulis menuliskan "apa yang mereka dengar" bukan menuliskan "bagaimana seharusnya mereka menulis".
Kemana kita harus merujuk penulisan yang benar?
Menurut Drs. H.Rafi'uddin, M.H., berbicara tentang penulisan kata atau kalimat berbahasa Arab dengan aksara latin harus mengacu kepada transliterasi Arab-Latin. Dalam hal ini, yang menjadi acuan ialah naskah atau tulisan asli dari kalimat atau kata yang dimaksud.
Dalam tulisan huruf Arab, vokal "o" ditunjukkan dengan huruf "Waw". Sementara vokal "a" ditunjukkan dengan huruf "Alif" atau syakal Fathah (guratan di atas huruf). Tulisan Allah jelas ditulis dengan syakal Fathah. Karena itu, jika di-transliterasi-kan ke dalam aksara Latin, maka harus ditulis Allah. Tulisan Allohdimungkinkan bila setelah huruf "Lam" diikuti huruf "Waw". Tapi bila begitu, bacaannya akan menjadi Allouh.
Jadi penulisan yang benar adalah Allah, bukan Alloh. Al Qur'an memang mengatur tata tulisan yang seperti itu, tanpa ada perbedaan dalam harakatnya. Hanya ada syakal fathah dengan bunyi "a", kasrah "i", dan dhammah "u", tanpa jenis syakal yang khusus menunjukan bunyi "o".
Kembali ke "tulisan teman", setelah saya komentari tentang penulisan Alloh, alasan yang dikemukakan mengapa dia lebih memilih menulis Alloh dari pada Allah lebih mencengangkan lagi. Begini komentarnya : "Itu terserah bagaimana pemaknaannya, tak merubah apa yang ada di hati, akan tetapi mengucapkannya kan sama walaupun hurufnya berbeda. Tujuanku hanya ingin membedakannya dari segi pembacaannya dengan orang non-muslim (Nashrani), mereka menyebut tuhan mereka satu diantara tiga itu dengan penyebutan :"Allah dengan dibaca Alah" itu aja kok, selebihnya tidak mempunyai maksud lainnya, kalo ingin menulis Allah atau Alloh sekalipun gak masalah, yang penting tujuannya tetap kepada tuhan yang sama.
Yup, bagi ku ada beberapa yang perlu kita pahami disini. Pada kenyataannya, orang Nashrani membaca kata Allah dengan ucapan: A–l–a–h, (disini tidak terdengar bunyi “o” dan huruf “lam” tidak dibaca dengan memberi tekanan seperti halnya huruf yang memiliki tasydid). Asma Allah tetap ditulis Allah, meskipun membacanya seolah olah terdengar menyerupai bunyi vokal "o" (A-l-o-h). Lebih lanjut lagi, dalam Injil berbahasa Arab pun, Allah ditulis dengan huruf yang sama persis dengan kita, yaitu: Allah. Kaum Nashrani Arab membacanya juga menyerupai bunyi vokal "o" (seperti kita). Bahkan, menurut EYD di Indonesia dan literasi internasional, seperti bahasa Inggris, juga tertulis Allah, bukan Alloh (Pustaka Langit Biru [http://abisyakir.wordpress.com]).
Tidak perlu diragukan lagi, penulisan Allah untuk اَللّهُ tidak perlu diubah-ubah lagi dengan alasan apapun. Tetapi pengucapannya tetap mengarah ke vokal "o" selayaknya huruf lam yang memiliki tasydid, bukan “Al-lah”, apalagi “A-lah”, kalau kita ganti menjadi tertulis Alloh, seakan kita mengalah terhadap cara penulisan orang Nashrani. Padahal kita sudah memiliki landasan mengapa menulis Allah, sedangkan penulisan Allohtidak memiliki landasan yang kuat (hanya tulisan yang ditulis berdasarkan pendengaran saja..hemm..*sambil berharap orang-orang yang menuliskan lafal Al-Qur'an adalah mereka yang pendengarannya sempurna, jadi gak salah tulis deh). Yang lebih mencemaskan lagi bacaan Alloh semakin lama semakin terdengar seperti A-l-o-h. Salah-salah sebut bisa salah arti kan ya..^^,
Beberapa daerah/kalangan mungkin membaca اَللّهُ murni terdengar Alloh sangat kental tanpa terdengar sedikitpun vokal "a" (biasanya sering ditemukan pada logat dari kebanyakan orang di kepulauan Jawa). Hal ini bisa saja disebabkan karena kebiasan berbicara (logat atau aksen) pada daerah mereka yang mempengaruhi lafal. Tentu saja hal demikian dapat dipahami dan dimaklumi tanpa harus diperdebatkan. Tapi, ya kalau mau menang dalam MTQ seh harus mengikuti standar membaca tingkat internasional kan ya. Kecuali MTQ nya kebetulan di tingkat kecamatan dan kebetulan dewan juri di kecamatannya "penganut" vokal "o".. yah..mungkin bisa menanglah..^^,
Semoga bermanfaat.
Tidak untuk diperdebatkan.
Pernah diterbitkan di FB Peri Kecil on thursday, Juli 19, 2012 at 1:19 am
Posted by mawaddah rafiuddin at 12:41